meretas jalan revolusi putih

Dimataku kulihat fakta, menyilat sejarah dari cinta dan amarah pelupur dari setiap air mata tanah Anbiya, membedah kepedihan para pujangga Allah penjaga batas tanah syuhada, genggam ketapelmu hei Jundullah

teruntuk kalian yang merindukan mereka Yang berdiri dari kebesaran para panji-panji kemegahan Islam

Saksikanlah kebangkitan ini,Kebangkitan dari barisan rapat Pemuda islam diseluruh dunia Saksikanlah kebangkitan kami, Kebangkitan para pecinta syahid,Para pewaris risalah Rasululloh SAW .. Allahu Akbar .. Allahu Akbar .. Allahu Akbar ..

alfahmu al-ikhlas al-amal aljihad attadhiyah attaat attsabat attajarud al-ukhuwah attsiqoh

Hiruplah kesturi syahid tanah negri, Tanah dari panji bendera para mujahid Biarlah mata hati iringi perih stagnasi madinah, Memori keharuman para sahabat Dan nafas terakhir sang nabi Ummati.. Ummati.. Ummati...

Terkenanglah darah itu, mereka yang telah pergi Terdengarkah suara itu, Panggilan yang memanggil (Demi Alloh dan para RosulNya) Terjaga dari segala kekufuran

ketika fundamental adalah teroris dan demokrasi berorasi dalam alunan kata rangkaian iblis sumpah serapah untaian kata tragis liberalis, syair demokrasi memecah belah ummat dalam kebisuan propaganda mata mata logika yang dustakan nilai aqidah, neraka tipu daya pluralisme agama

maka kami takkan berakhir meski telah hitam warna angin dan air meski tubuh terkoyak bersama seribu martir walau terlemparkan untuk sekian kali lagi

Pada ceritamu kusimpan nafasku, Rangkaian kata dalam pertempuran sejati Syahidmu adalah energi jiwaku, Kesolehan mu adalah cermin hidupku Kau takkan pernah habis

Senin, 12 Mei 2014

B U R U H ( butuh uang receh untuk hidup )

Upah bagi buruh tidaklah dapat membuatnya kaya, hanya habis untuk dimakan, biaya sekolah anak serta bayar kontrakan juga listrik dan air, bahkan sangat kekurangan sehingga selalu terhutang di warung atau tetangga. Bagi pengusaha besar yang berpenghasilan milyaran rupiah, baginya hanyalah uang recehan untuk membayar gaji para buruh, tapi mereka lebih suka memberi para pejabat hadiah yang mewah untuk memuluskan usahanya.
buruh
Kerja keras para buruh belumlah pantas dengan upah yang diterimanya, mengingat harga-harga bahan pokok semakin meningkat, sementara para pengusaha dan keluarganya naik turun mobil mewah, berbelanja keluar masuk mall, makan-makan di restoran bertarif tinggi dan liburan keluar negeri. Sedangkan usahanya dikerjakan oleh buruh yang hidupnya serba kekurangan dan memprihatinkan.
Dapatkah pemilik modal menjadi pengusaha besar tanpa buruh yang membantu menyelesaikan pekerjaan dalam usahanya sehingga membuat ia kaya raya…..? Dapatkah ia mengerjakannya sendiri atau bersama keluarganya saja…? Kemana hati mereka setelah kaya raya…..?
Sesungguhnya “BURUH” (BUkanlah pesuRUH), tak patut lagi menjadi sebutan untuk para pekerja kasar di negeri ini.
Justru hal ini menjadikan kesenjangan antara pemilik modal dengan para pekerja yang membantu mengerjakan setiap keinginan para pemilik modal agar dapat meningkatkan prtoduksi di dalam usahanya, sehingga para pekerja juga dapat menikmati kesejahteraan yang sesuai dengan pembagian keuntungan dari usaha itu, maka lebih layak disebut….. “MITRA” (MIliki Tanggung jawab RAngkap) keuntungan dan kerugian, sama-sama merasakannya.
Setiap orang yang menerima upah dari sebuah pekerjaan haruskah disebut “BURUH” (BUdak pesuRUH)….? Karena ia mengerjakan pekerjaan itu ada yang menyuruh dengan imbalan yang telah ditentukan oleh pemilik pekerjaan itu, disertai dengan peraturan-peraturan yang harus ditaati, bila melanggar aturan tentu saja ada sanksi pemecatan atau skor, tak ubahnya seperti budak saja yang tunduk patuh pada tuannya (yang memberi makan) tanpa ada belas kasihan.
Kecuali pekerja yang meminta upah atas ketentuannya sendiri tanpa aturan yang memaksakannya harus patuh.
Sungguh negeri ini belum merdeka…………………………………….!!!!!
Apa bedanya menjadi buruh di negeri orang atau menjadi buruh di negeri sendiri….?????
Menjadi BURUH (BUdak pesuRUH) dinegeri orang itu sangat wajar karena sebagai pendatang, tapi mengapa kita tidak bisa menjadi TUAN di negeri sendiri. Apakah memang bangsa INDONESIA ini bangsa BURUH…?????
Bukanlah bangsa ini bangsa buruh tetapi para pemimpinnya adalah:
Keturunan “BURUH” (BUdak RUpiah yang Hakiki) selama hidupnya, membuat fikirannya menjadi “BURUH” (BUtek dan keRUH) sehingga tidak perduli dengan rakyat yang hidup melarat dan menderita.
Begitulah para pemimpin bermental “BURUH” (BUru RUpiah dan Hadiah) hanya untuk melanggengkan kekuasaan dan kemewahan dengan mengorbankan rakyatnya karena “BURUH” (BUjuk Rayu Uang Haram) dan rakyatpun terpaksa kerja keras juga karena …………………….
“BURUH” (Butuh Uang Receh Untuk Hidup) dinegeri yang kaya raya ini.
Hingga berulang-ulang rakyat telah bersama-sama “BURUH” (menaBUR pelUH) untuk “BERDEMO” (BEntuk Rajuk DEngan MOgok) memohon agar diperhatikan kesejahteraannya, namun para penguasa lebih pro kepada para pengusaha karena mereka adalah “MITRA” (MIliki TRAnsaksi) punya jasa ketika kampanye merebut kursi kekuasaan, maka rakyatpun akan berhadapan dengan MITRALIUR (senapan mesin) dari …….. “MITRA” (MIliter Tanpa Rasa Asih) sebagai pembela pemerintah bukan pembela rakyat.
Binasalah kedua tangan abi lahab (bapak yang rakus) dan dia telah binasa. Tiadalah bermanfaat baginya harta bendanya dan apa-apa yang diusahakannya. ia akan memasuki neraka yang bernyala-nyala. Dan perempuannya (isteri dan selir) yang mengangkat kayu api (bujuk rayu meminta kemewahan). Di lehernya tali yang dipilin (belenggu).
(Al – l a h a b 1 s/d 5)
Adakah engkau ketahui orang yang mendustakan dengan agama (menipu dengan bertopeng agama)? Maka demikian itu ialah orang yang mengusir anak yatim (menyengsarakan rakyat). Dan tiada memberi makan orang miskin (rakyat yang kelaparan). Maka celakalah orang-orang yang sembahyang yang mereka itu lalai dari sembahyangnya (hanya memikirkan kekayaan). Lagi mereka itu riya (sembahyang hanya untuk pamer supaya dibilang taat). Dan enggan memberi harta benda (hanya dikumpulkan untuk keluarganya saja).
(Al – m a ‘ u n 1 s/d 7)
Jika penguasa dan pengusaha “SADAR” (SAtu DAlam Rasa)
Peduli dengan apa yang dirasakan oleh rakyat kelas bawah
Niscaya ……… “BURUH” (Babak Unjuk Rasa Upah Harmoni) …….
Takkan pernah terulang kembali.

Kamis, 01 Mei 2014

10 ALASAN IKUT HTI

Mungkin dari kita ada yang sudah mengenal apa itu HTI? Tapi ada juga mungkin yang belum tahu apakah HTI itu? HTI adalah gerakan Hizbut Tahrir Indonesia yang mengajak anggotanya menegakkan kembali syari’ah dalam kehidupan pribadinya dan melanjutkan kehidupan Islam di masyarakat secara kultural (opini publik) dan struktural (melalui transformasi negara menjadi Daulah Khilafah). Namun, jangan sampai Anda terjebak untuk ikut-ikutan.
Berikut 10 alasan mengapa kita jangan sampai ikutan HTI:
1. Jadi kritis, tidak mau ikut-ikutan dalam soal aqidah atau ibadah, semua jadi ditanya dalil aqli dan naqlinya. Sepertinya seakan-akan nenek moyang kita pada sesat semua.
2. Jadi dikit-dikit hukum syara'. Mau apa saja tanya hukum syara'nya gimana, halal-haramnya gimana, jadi terikat gini, ribet banget. Kenapa gak yang penting manfaatnya, happynya, soal halal-haram ntar saja ... ?
3. Jadi gak boleh pacaran. Katanya pacaran itu haram karena mendekati zina, dan kalau masih juga pacaran pasti kena sanksi, minimal tidak diizinkan ikut dalam pembinaan intensif lagi.
4. Jadi gak boleh ambil KPR, KKKB atau kredit berbunga lainnya karena itu riba. Katanya yang dosa itu pembayar riba, penikmat riba, pencatatnya dan saksinya. Penikmat riba 1 dirham dosanya setara dengan 30 kali berzina. Wah pasti jadi susah punya rumah, kendaraan ataupun bisnis.
5. Jadi gak boleh menyuap petugas, apakah itu dalam urusan administrasi ataupun mendapatkan proyek. Alamat segala urusan bakal lamaaa.
6. Jadi mawas politik. Setiap peristiwa politik selalu disoroti secara Islam. Masak Islam dibawa-bawa terus dalam memikirkan politik. Penggadaian Sumber Daya Alam ke asing disorot secara Islam. Aktivitas intelijen asing disorot secara Islam. Darurat narkoba disorot secara Islam. Bahkan gerakan separatis seperti di Papua pun disorot secara Islam. Islam koq kemana-mana.
7. Jadi enggan dijadikan pejabat . Padahal jadi pejabat seperti Bupati, Gubernur atau Menteri itu pasti enak. Tapi koq aneh, katanya gak boleh menjadi hukkam alias penguasa jika hukum yang wajib diterapkannya ada yang bertentangan dengan Islam, sementara dia tak bisa apa-apa.
8. Jadi wajib nambah ilmu. Kalau ikut HT katanya tiap minggu harus ikut kajian Islam intensif minimal 2 jam, terus ada dirosah fardhiyah setiap hari, termasuk baca al-Qur'an dan buku-buku bermutu lainnya. Jadi kapan nonton sinetronnya ? atau nggossip selebritinya ?.
9. Jadi wajib berdakwah, mengontak orang, dan menjelaskan segala sesuatu tentang Islam (aqidah, syariah, khilafah), termasuk menjadi contoh hidup penegak syariah bagi mad'u di sekitarnya. Wah tentunya capek sekali, jadi jarang ada waktu untuk santai, ngerumpi atau main game banyak-banyak, padahal masih muda.
10. Jadi sering dianggap asing. Pengemban dakwah harus lebih pandai bersyukur dan bersabar, bila sering dimusuhi oleh kaum sekuler-liberal, termasuk juga pemerintah yang berhaluan sekuler, baik yang demokratis maupun diktator. Pengemban dakwah juga sering difitnah sebagai teroris-radikal, atau disalahpahami oleh sesama aktivis dakwah sebagai menggembosi suara untuk partainya. Sementara itu, jika ada yang mau menyumbang ke HTI, anggota HTI harus tanya dulu ke pimpinan pusat, boleh tidak menerima sumbangan itu, dan seringnya dijawab tidak boleh. Jadi memang repot betul dakwah model HTI ini..