Memasuki pergantian tahun 2013 menuju 2014 yang merupakan hari libur nasional, Kebiasaan sebagian ummat Islam ikut-ikutan merayakan Tahun baru dan aksi meniup terompet, menyalakan petasan dan kembang api, konvoi di jalanan, membakar ikan, jagung dan jenis makanan lainnya yang dikhususkaan untuk memperingati pergantian tahun, mengadakan pertunjukan musik dll. Naudzubillah..
Tahukah anda bahwa Tradisi meniup
terompet ini pada mulanya merupakan cara orang-orang kuno untuk mengusir
setan. Orang-orang Yahudi dahulu melakukan hal itu sebagai kegiatan
ritual yang dimaknai sebagai gambaran ketika Tuhan menghancurkan dunia.
Mereka melakukan ritual meniup terompet ini pada waktu perayaan tahun
baru Yahudi, Rosh Hashanah, yang berarti “Hari Raya Terompet” pada tahun
baru Taurat.
Bentuk terompet yang melengkung
melambangkan tanduk domba yang dikorbankan dalam peristiwa pengorbanan
Isaac (Nabi Ishaq dalam tradisi Muslim). Hal ini sangat berbeda dengan
ajaran Islam yang menetapkan bahwa Nabi Ismail-lah, saudara Nabi Ishaq,
yang diminta Allah untuk dikorbankan.
Bunyi terompet yang bersahut-sahutan
biasanya belum lengkap jika tidak diikuti dengan pesta petasan dan
kembang api. Sebagaimana membunyikan trompet, tradisi ini merupakan
ritual untuk mengusir setan di dalam tradisi bangsa Cina. Selain itu,
petasan juga dipercaya dapat mendatangkan keberuntungan.
Perayaan Tahun Baru Masehi
Menurut Wikipedia, perayaan tahun baru Masehi adalah :
“The Romans dedicated New Year’s Day to
Janus, the god of gates, doors, and beginnings for whom the first month
of the year (January) is also named. After Julius Caesar reformed the
calendar in 46 BC and was subsequently murdered, the Roman Senate voted
to deify him on the 1st January 42 BC [1] in honor of his life and his
institution of the new rationalized calendar [2]. The month originally
owes its name to the deity Janus, who had two faces, one looking forward
and the other looking backward. This suggests that New Year’s
celebrations are founded on pagan traditions.”
[1] Warrior, Valerie M. (2006). Roman Religion. Cambridge University Press. p. 110. ISBN 0-521-82511-3[2] Courtney, G. Et tu Judas, then fall Jesus (iUniverse, Inc 1992), p. 50.
Terjemahannya adalah :
“Orang-orang
Romawi mendedikasikan hari perayaan Tahun Baru kepada Janus, dia adalah
dewa segala pintu gerbang, pintu-pintu dan permulaan waktu yang mana
namanya juga adalah nama dari bulan pertama dalam setahun, Januari.
Setelah Julius Caesar menyusun sistem kalendar (Masehi) pada 46 BC dan
ia dibunuh setelah itu, anggota Senat Romawi memutuskan untuk
meresmikannya pada 1 Januari 42 BC untuk mengenang hidup Julius Caesar
dan menghormati penyusunannya terhadap sistem kalender baru yang
rasional. Bulan pertama didedikasikan pada nama dewa Janus yang
mempunyai 2 wajah, 1 menghadap ke depan (mengindikasikan masa depan,
pent) dan 1 menghadap ke belakang (mengindikasikan masa lalu, pent). Ini
mengindikasikan perayaan Tahun Baru didirikan atas dasar kepercayaan
pagan.”
Nama Dewa Janus tidaklah asing dalam kesusasteraan paganisme. Ia
adalah sembahan kaum penyembah syaitan sejak zaman Yunani kuno. Sejarah
pemuliharaan budaya penyembah syaitan ini pun sudah ada semenjak zaman
Hermaic (3600 SM) dan dikawal oleh kumpulan paganisme Freemason.
Freemason sengaja menyuburkan budaya ini agar manusia bertauhid mampu
mengalihkan perhatiannya dari agama kearah penyembahan satanisme. Baca
selengkapnya disini : Fakta dan Sejarah dibalik Tahun Baru Masehi.
Maka jika kita melihat perayaan tahun
baru, maka di situlah kita dapat melihat nilai-nilai Yahudi di dalamnya.
Meniup trompet misalnya, terompet adalah alat ciptaan Yahudi. Budaya
meniup trompet ini merupakan budaya masyarakat Yahudi ketika menyambut
kedatangan Rosh Hasanah atau tahun baru Taurat yang jatuh pada bulan
ketujuh atau tarikh 1 bulan Tishri dalam kalendar Ibrani kuno.
Hal ini pun terpampang dalam Alkitab Imamat 23; 24
“Katakanlah kepada orang-orang Isra’el,
begini: Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, kamu
harus mengadakan hari cuti penuh yang diperingati dengan
meniup terompet, yakni hari pertemuan kudus” (Imamat 23:24)
Pada malam tahun baru, masyarakat Yahudi
melakukan muhasabah diri dengan tradisi meniup shofarot sebuah alat
musik jenis trompet. Bunyi Shofarot adalah sama bunyinya dengan terompet
kertas yang dibunyikan kebanyakan penyambut di malam Tahun Baru.
Sebenarnya Shofarot sendiri
dikategorikan sebagai trompet. Terompet sudah ada sejak tahun 1500
sebelum Masehi. Pada awalnya, alat musik jenis ini digunakan untuk
keperluan ritual agama dan juga digunakan dalam ketentaraan ketika
berperang. Kemudian terompet dijadikan sebagai alat musik pada masa
pertengahan Renaisance (perlawanan) hingga kini.
Perkara ini telah dijelaskan oleh hadits yang diriwayatkan oleh
Sahabat Abdullah bin Umar -radhiyallahu anhu- saat beliau berkata,
كَانَ الْمُسْلِمُونَ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ
يَجْتَمِعُونَ فَيَتَحَيَّنُونَ الصَّلاَةَ لَيْسَ يُنَادَى لَهَا
فَتَكَلَّمُوا يَوْمًا فِي ذَلِكَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اتَّخِذُوا نَاقُوسًا
مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ بُوقًا مِثْلَ
قَرْنِ الْيَهُودِ فَقَالَ عُمَرُ أَوَلاَ تَبْعَثُونَ رَجُلاً يُنَادِي
بِالصَّلاَةِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَا بِلاَلُ قُمْ
فَنَادِ بِالصَّلاَةِ
“Dahulu kaum muslimin saat datang ke
Madinah, mereka berkumpul seraya memperkirakan waktu sholat yang (saat
itu) belum di-adzani. Di suatu hari, mereka pun berbincang-bincang
tentang hal itu. Sebagian orang diantara mereka berkomentar, “Buat saja
lonceng seperti lonceng orang-orang Nashoro”. Sebagian lagi berkata, “Bahkan buat saja terompet seperti terompet kaum Yahudi”.
Umar pun berkata, “Mengapa kalian tak mengutus seseorang untuk
memanggil (manusia) untuk sholat”. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa
sallam- bersabda, “Wahai Bilal, bangkitlah lalu panggillah (manusia)
untuk sholat (adzan-admin)”. [HR. Al-Bukhoriy (604) dan Muslim (377)]
فعن أبي عميرٍ بن أنسٍ عن عمومةٍ له من الأنصار قال: “اهتم
النبي – صلى الله عليه وسلم – للصلاة كيف يجمع الناس لها؟ فقيل له: انصب
راية عند حضور الصلاة فإذا رأوها آذن بعضهم بعضاً، فلم يعجبه ذلك، قال:
فذكر له القنع يعني الشبور (هو البوق كما في رواية البخاري) ، وقال زياد:
شبور اليهود، فلم يعجبه ذلك، وقال: ((هو من أمر اليهود))، قال فذكر له
الناقوس، فقال: ((هو من أمر النصارى))، فانصرف عبد الله بن زيد بن عبد ربه
وهو مهتمٌ لهمِّ رسول الله – صلى الله عليه وسلم -، فأُريَ الأذان في منامه
Dari Abu ‘Umair bin Anas dari bibinya yang termasuk sahabat anshar, “Nabi
memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah.
Ada beberapa orang yang memberikan usulan. Yang pertama mengatakan,
‘Kibarkanlah bendera ketika waktu shalat tiba. Jika orang-orang melihat
ada bendera yang berkibar maka mereka akan saling memberi tahukan
tibanya waktu shalat. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang
kedua mengusulkan agar memakai teropet. Nabi pun tidak setuju, beliau
bersabda, ‘Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi.’ Orang
ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, ‘Itu adalah
perilaku Nasrani.’ Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi
Rabbihi pulang dalam kondisi memikirkan agar yang dipikirkan Nabi.
Dalam tidurnya, beliau diajari cara beradzan.” [ 1.HR. Abu Daud, shahih]
Al-Hafizh Ibnu Hajar -rahimahullah-
berkata, “Terompet dan sangkakala sudah dikenal. Maksudnya (hadits ini),
bahwa terompet itu ditiup lalu berkumpullah mereka (orang-orang Yahudi)
saat mendengar suara terompet. Ini adalah syi’ar kaum Yahudi. Ia
disebut juga dengan shofar (serunai)”. [Lihat Fathul Bari (2/399), cet.
Dar Al-Fikr]
Syaikhul Islam Abul Abbas Al-Harroniy
-rahimahullah- berkata, “Tujuan kita disini bahwa Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam- tatkala membenci terompet Yahudi yang tertiup dengan
mulut dan lonceng Nashoro (Kristen) yang dipukul dengan tangan, maka
beliau menjelaskan sebab (beliau membenci terompet) bahwa ini (terompet
Yahudi) termasuk urusan agama Yahudi, dan beliau menjelaskan sebab
(beliau membenci lonceng) bahwa ini (lonceng Nashara) termasuk urusan
agama Nashara.
Berkata Sufyan Ibnu ‘Uyainah dan yang lainnya dari kalangan salaf,
ولهذا كان (2) السلف (3) سفيان بن عيينة (4) وغيره، يقولون:
إن (5) من فسد من علمائنا ففيه شبه من اليهود! ومن فسد من عبّادنا ففيه شبه
من النصارى
“Sungguh orang yang rusak dari kalangan ulama kita, karena
penyerupaannya dengan Yahudi. Dan orang yang rusak dari kalangan ahli
ibadah kita, karena penyerupaannya dengan Nashrani.” [5 Iqtidha’
Ash-Shirathil Mustaqim 1/79 Dar A’Alamil Kutub, Beirut, cet. VII, 1419
H, tahqiq: Nashir Abdul Karim Al-‘Aql, syamilah]Orang nashrani dan yahudi tidak akan ridha sampai kita mengikuti mereka. AllahTa’ala berfirman,
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (Al-Baqarah: 120)Terakhir, kami nasihatkan kepada kaum muslimin agar menjauhkan terompet-terompet Yahudi dari anak-anak dan rumah-rumah kita setelah kita mengetahui haramnya, membenci dan meninggalkannya. Sebab, benda itu hanyalah mengingatkan kita kepada agama dan syi’ar kekafiran mereka!!!
0 komentar:
Posting Komentar