meretas jalan revolusi putih

Dimataku kulihat fakta, menyilat sejarah dari cinta dan amarah pelupur dari setiap air mata tanah Anbiya, membedah kepedihan para pujangga Allah penjaga batas tanah syuhada, genggam ketapelmu hei Jundullah

teruntuk kalian yang merindukan mereka Yang berdiri dari kebesaran para panji-panji kemegahan Islam

Saksikanlah kebangkitan ini,Kebangkitan dari barisan rapat Pemuda islam diseluruh dunia Saksikanlah kebangkitan kami, Kebangkitan para pecinta syahid,Para pewaris risalah Rasululloh SAW .. Allahu Akbar .. Allahu Akbar .. Allahu Akbar ..

alfahmu al-ikhlas al-amal aljihad attadhiyah attaat attsabat attajarud al-ukhuwah attsiqoh

Hiruplah kesturi syahid tanah negri, Tanah dari panji bendera para mujahid Biarlah mata hati iringi perih stagnasi madinah, Memori keharuman para sahabat Dan nafas terakhir sang nabi Ummati.. Ummati.. Ummati...

Terkenanglah darah itu, mereka yang telah pergi Terdengarkah suara itu, Panggilan yang memanggil (Demi Alloh dan para RosulNya) Terjaga dari segala kekufuran

ketika fundamental adalah teroris dan demokrasi berorasi dalam alunan kata rangkaian iblis sumpah serapah untaian kata tragis liberalis, syair demokrasi memecah belah ummat dalam kebisuan propaganda mata mata logika yang dustakan nilai aqidah, neraka tipu daya pluralisme agama

maka kami takkan berakhir meski telah hitam warna angin dan air meski tubuh terkoyak bersama seribu martir walau terlemparkan untuk sekian kali lagi

Pada ceritamu kusimpan nafasku, Rangkaian kata dalam pertempuran sejati Syahidmu adalah energi jiwaku, Kesolehan mu adalah cermin hidupku Kau takkan pernah habis

Minggu, 08 Februari 2015

SAJAK BURUH

Nama saya siapa?
Tak penting
Saya hanya buruh
Buruhlah nama saya
Meskipun derajat saya
Kurang cukup memadai
Untuk bernama buruh.
Gaji saya 30rb rupiah sehari
Untuk kerja selama 12 jam
Tolong jangan remehkan hidup saya
Gaji memang amat kecil
Tapi nilai moralnya tak terhingga
Sebab saya telah membayarkan tenaga
Keringat, pikiran, hati
Bahkan harkat kemanusiaan saya.
Baiklah, ini memang bukan soal manusia
Ini soal bagaimana mengganjal perut
Dari jam ke jam, dari hari ke hari
Sebab meskipun hari berhenti
Lapar tetap harus diatasi
Ini soal kelancaran detak jantung
Seperti kambing pun punya sial 
untung
Kambing menjelajah lapangan rumput
Penuh perutnya
Lantas minum di kali
Saya lebih dari sekadar kambing.
Saya mampu memberi makan juragan
Bahkan secara berlebihan
Kalau perlu saya berikan
Darah saya yang merah legam
Untuk ia teguk sebagai minuman
Ini perjuangan hidup
Menuju puncak harapan
Atau mencapai kematian
Sebelum kematian.
Orang musti bersedia susah payah
Supaya terlatih tidak bungah
Orang musti mau menderita
Agar siap untuk tak mengecap bahagia
Orang harus bekerja keras
Agar terbiasa diperas.
Ini katanya demi pembangunan negeri
demi peningkatan ekonomi
demi kesejahteraan yang suci
Pokoknya kerja, kerja, kerja
Soal gaji itu nomer dua
Hidup tak boleh berpamrih
Meskipun nyawa merintihrintih.
Menurut ilmu agama
Buruh ialah seluruh umat manusia
Mengabdi kepada Tuhannya
Kepada mimpimimpi dan fatamorgana
Kepada gincu
Lambang yang warnawarni.
Menurut ilmu filsafat politik
Buruh yang tertinggi
Ialah Raja atau Kepala Negara
Mengabdi kepada rakyatnya
Meskipun karena anu ini dan ana
Yang terjadi ialah sebaliknya.
Menurut matematika ekonomi
Buruh ialah semacam kerbau
yang dicocok hidungnya
Ia diwajibkan membajak sawah
Dalam keadaan lapar atau kenyang.
Adapun menurut ilmu kebudayaan
Buruh ialah sampahsampah
Yang kintir di sungai
Terseret sampai ke laut
Terapungapung, nasibnya bergantung
ke mana gelombang mengarah pergi.
Dan menurut ilmu pengetahuan modern
Buruh ialah sekrup mesin
Dipakai selagi masih berkekuatan
Dibuang kalau karatan
Seperti juga para kerbau
Dicambuk kalau loyo
Dan jika tenaganya habis
Disembelih dan diirisiris.
Demikianlah
Apa saya kurang bijaksana?
Maafkanlah kalau memang ya
Sebab kebijaksanaan
Bukan milik saya
Bahkan diri saya
Pun bukan hak saya