Pernahkah Anda merasa jenuh mengikuti perhalaqohan? Untuk membenarkan
kebosanan itu orang sering mencari pembenaran untuk tidak mengikutinya.
Meriang sedikit minta izin dengan alasan tidak enak badan. Gerimis
dibilang ‘hujan, ustadz, afwan tidak bisa hadir’. Si kecil rewel menjadi
alasan ‘ada urusan keluarga mendesak’. Masya Allah ada saja seribu satu
alasan bagi kita untuk menjadi budak nafsu kemalasan.
Apalagi bila musrif yang mengajarkan tidak berkenan menurut selera
kita. Gaya bicaranya tidak menarik, status sosialnya tidak meyakinkan,
ditambah lagi tsaqofahnya terbatas. Kian memberatkan hati dan langkah
untuk hadir ke majlis halaqoh. Bila pun hadir halaqoh hanya sebagai
pertemuan menjemukan yang ingin cepat diselesaikan. Atau menjadi ajang
untuk tertidur hingga doa penutup majlis dibacakan.
Padahal perhalaqohan adalah pilar dari sebuah aktifitas dakwah. Satu
motor dari mesin perubah masyarakat. Halaqoh adalah kesempatan
mentransfer pemahaman dari kitab pembinaan kepada para peserta halaqoh.
Mungkinkah melakukan perubahan di tengah masyarakat tanpa mengurai
konsep perubahan itu sendiri?
Duhai jiwa yang malas, inginkah mendengar bagaimana para salafus
soleh yang telah menegakkan peradaban ini begitu merindu pada halaqoh
bersama guru-guru mereka?
Baiklah kunukilkan beberapa kisah semangat jiwa orang-orang alim
dalam meniti jalan menggapai ilmu. Sebutlah Ibnu Jandal al-Qurthuby
Rahimahullah yang berjuang untuk bisa menghadiri majlis ilmu Ibnu
Mujahid. Beliau bercerita : “Saya pernah belajar kepada Ibnu Mujahid.
Suatu hari saya mendatanginya sebelum fajar agar saya bisa duduk lebih
dekat dengan nya. Ketika saya sampai di gerbang pintu yang menghubungkan
ke majelisnya, saya dapati pintu itu tertutup dan saya kesulitan
membukanya. Saya berkata : “Subhanallah, saya datang sepagi ini, tetapi
saya tetap saja tidak bisa duduk didekatnya.” Kemudian saya melihat
sebuah terowongan disamping rumahnya. Saya membuka dan masuk kedalamnya.
Ketika sampai di pertengahan terowongan yang semakin menyempit, saya
tidak bisa keluar ataupun kembali. Saya membuka terowongan selebar –
lebarnya agar bisa keluar. Pakaian saya terkoyak, dinding terowongan
membekas ditubuh saya, dan sebagian daging badan saya terkelupas. Allah
Subhanahu wa ta’ala menolong saya untuk bisa keluar darinya, mendapatkan
majelis Syaikh dan menghadirinya, sementara saya dalam keadaan yang
sangat memalukan seperti itu.”
Sudahkah kita berkorban harta untuk menghadiri perhalaqohan? Ongkos
naik angkot agar bisa hadir ke majlis halaqoh atau membeli bensin agar
motor bisa kita pakai menuju tempat ilmu tersebut? Simaklah kisah Imam
Abu Hatim Ar-Razi Rahimahullah niscaya kita akan merasa malu. Beliau
berkata : “Saya tinggal di Bashrah selama delapan bulan pada tahun 241
H. Didalam hati saya ingin tinggal selama setahun (agar bisa berlajar
ilmu lagi), tetapi saya kehabisan nafkah. Maka saya menjual
pakaian-pakaian saya sedikit demi sedikit, sampai saya betul-betul tidak
memiliki nafkah lagi.”
Bagaimana pengorbanan dan kecintaan kita pada majlis halaqoh?
Sudahkah seperti para salafus soleh yang senantiasa haul ilmu dan
dimabuk ilmu? Masihkah kita meragukan janji Allah bahwa Ia akan
mengangkat derajat orang-orang yang berilmu?
إِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ
الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ
وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”,
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(al-Mujadilah: 11).
Maukah kita dimohonkan ampunan oleh semua mahluk di langit, di bumi
bahkan oleh ikan-ikan di dasar samudera? Mereka hanya memanjatkan
permohonan doa kepada orang-orang yang berilmu? Apakah kita merasa malu
menerima keridloan para malaikan dimana mereka mengembangkan sayapnya
bagi para pencari ilmu?
“Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya bukti
keridloannya pada penuntut ilmu, dan sesungguhnya orang yang alim akan
dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi serta ikan-ikan
dilautan.”(HR. Abu Daud)
Benar, bahwa orang yang menukil isi kitab kepada peserta halaqoh
haruslah orang yang berkompeten. Tapi seringkali ukuran kompeten atau
tidak kompeten itu lebih dikuasai oleh hawa nafsu kita sebagai peserta
halaqoh. Ego kita mengalahkan keimanan sehingga menghilangkan
ketawadluan diri di hadapan sesama muslim, apalagi di depan seorang
guru. Hingga muncul sikap merendahkan kemampuan orang lain. Kita pun
beringsut-ingsut menarik diri dari halaqoh dengan alasan ‘pembina tidak
memuaskan’.
Seorang pembina memang harus selalu meningkatkan kualitas diri, akan
tetapi itu bukan alasan bagi seorang muslim untuk meninggalkan majlis
ilmu. Karena sekecil apapun, ilmu akan tetap bermanfaat. Lupakah kita
dengan kemuliaan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah yang terdiam saat
seorang remaja dari Hijaz memberinya nasihat? Remaja itu berkata,
“Sesungguhnya nilai seseorang itu ditentukan oleh hati dan lidahnya…”
Duduk di hadapan guru yang kemampuannya tidak seperti yang kita
harapkan, lalu mendengarkan pembicaraannya, sebenarnya adalah bagian
dari pembelajaraan yang mendasar dari sebuah majlis ilmu; keikhlasan dan
kesabaran. Tanpa kedua sifat itu tidak mungkin seorang murid akan
mendapatkan kemanfaatan dalam majlis ilmu.
Maka, sudahkah kita merindukan hadir di majlis halaqoh? Ataukah kita
masih sibuk mencari-cari pembenaran ketidakhadiran kita? Semoga Allah
memberikan hidayah untuk kita semua agar menjadi insan yang cinta ilmu,
majlis ilmu, dan para pemberi ilmu. Agar kita senantiasa merindukan halaqoh,
darah kita bergelora untuk hadir di dalamnya, dan jantung kita berdegup
kencang setiap kali mata ini menatap kalam demi kalam dari kitab-kitab
kajian.
oleh Ust Iwan Januar
Minggu, 28 Juni 2015
Merindukan Halaqoh
15.49
1 comment
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus